ASSALAMUALAIKUM WR WB, MARHABAN !!! KAMI HADIR UNTUK MENYAMPAIKAN AMANAH AGAMA, SEMOGA ALLAH MERIDHAI-NYA !!! SEMOGA SEKALIAN MANUSIA DAPAT MENGAMBIL MANFAAT-NYA,AMIN...YA RABBAL A'LAMIN
BANTULAH AGAMA ALLAH, NISCAYA DIA AKAN MENGOKOHKAN KEDUDUKAN MU DI MUKA BUMI
SEBAIK - BAIK KAMU IALAH YANG BANYAK MANFAAT BAGI ORANG LAIN

Sabtu, 20 Agustus 2016

Doa Setelah Sholat Dhuha



Salah satu amalan yang berfaedah memudahkan rizki adalah rutin melaksanakan shalat sunat dhuha. Tatacara dan kaifiyat sunat dhuha sudah kami terangkan dalam postingan kami sebelumnya. Dalam postingan tersebut, kami belum melampirkan doa yang di baca setelah shalat dhuha dan kami janjikan akan kami posting dalam kesempatan lain.
Maka untuk menyempurnakan tulisan tentang shalat dhuha tersebut, maka inilah salah satu doa yang bisa di amalkan setelahsunat dhuha


الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَسَلِّمْ
 يَا اللهُ يَا وَاحِدُ يَا اَحَدُ يَا وَاجِدُ يَا جَوَادُ , اِنْفَحْنَا مِنْكَ بِنَفْحَةِ خَيْرٍ x 3 
فِى كُلِّ لَحْظَةٍ اَبَدَا عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ


Kemudian di baca asmaul husna di bawah ini dengan mengangkat tangan :


يَا بَاسِط 10 x  


Kemudian mengepal kedua tangan dan membaca doa ini; 


اُبْسُطْ عَلَيْنَا الْخَيْرَ وَالرِّزْقَ وَوَفِّقْنَا ِلاِصَابَةِ الصَّوَابِ وَالْحَقِّ وَزَيِّنَّا بِاْلاِخْلاَصِ وَالصِّدْقِ وَاَعِذْنَا مِنْ شَرِّ الْخَلْقِ وَاخْتِمْ لَنَا بِالْحُسْنَى فِى لُطْفٍ وَعَافِيَّةٍ


Kemudian di lanjutkan dengan doa;



اللَّهُمَّ إنَّ الضَّحَاءَ ضَحَاؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُك، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُك، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُك، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُك
اللَّهُمَّ إنْ كَانَ رِزْقِي وَاَحْبَابِى وَالْمُسْلِمِيْنَ اَبَدًا فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيْلاً فكثره وَإِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ،
بِحَقِّ ضُحَائِك وَبَهَائِك وَجَمَالِك وَقُوَّتِك وَقُدْرَتِكَ وَسُلْطَانِكَ وَعَظَمَتِكَ وَعِصْمَتِكَ
اللَّهُمَّ آتِنَا فِى كُلِّ حِيْنٍ اَفْضَلَ مَا آتَيْتَ اَوْ تُؤْتِى عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ مَعَ الْعَافِيَّةِ التَّامَّةِ فِى الدَّارَيْنِ
آمِيْنَ


Sumber:
Khulasah Fi Aurad wa ad’iyah waridah wa ma`tsurah, Habib Umar bin Salim bin Hafidh, hal 81

Syarat - Hak dan Adab Hamba dalam Berdoa


Syarat dan Hak untuk diterima doa:
1. Mengkonsumsi makanan dan memakai pakaian, yang halal.
2. Berdoa dengan yakin akan diterima Allah Swt.
3. Tidak lalai hati di saat berdoa
4. Tidak berdoa dengan sesuatu yang berdosa, memutuskan silaturahmi dan menggugurkan hak sesama Islam
5. Tidak berdoa dengan sesuatu yang mustahil

Adab –adab dalam berdoa:
1. Mencari waktu fadhilah seperti dalam sujud atau diantara Azan dan Iqamah.
2. Dalam keadaan Berwudhu’. 
3. Setelah melakukan Shalat.
4. Menghadap kiblat.
5. Mengangkat dua tangan ke langit, karena langit adalah kiblat doa.
6. Didahului dengan taubat kepada Allah swt.
7. Mengingat dan Tafakkur atas segala dosa-dosa.
8. Ikhlas.
9. Memuji Allah Swt dan Bershalawat kepada Baginda Nabi Saw pada permulaan, pertengan dan penutupan do’a.


Demikianlah Beberapa Syarat dan Adab dalam berdoa, di saat semuanya telah dipenuhi, maka seseorang hamba telah memenuhi hak dan kewajibannya dalam berdoa, diterima dan tidaknya, kembali kepada Allah Swt. Ditambah, tidak ada doa yang telah memenuhi syarat akan ditolak Allah Swt, karena Allah punya metode yang bermacam-macam dalam menerima doa, salah satunya adalah dengan diampuni segala dosa orang yang berdoa, maka marilah kita memperbanyak doa kepada-Nya! Wallahua’lam.


Sumber : Tuhfatul Murid Syarah Jauharah Tauhid hal. 97

Jumat, 19 Agustus 2016

20 Sebab yang Menyebabkan Murtad

Allah menciptakan dan membagi manusia kepada yang beriman dan tidak beriman, bertakwa dan tidak bertakwa. Hal tersebut adalah hak preogatif Allah swt. Terkadang manusia yang tidak beriman, karena hidayah Allah akan jadi beriman dan begitu pula sebaliknya. Murtad menurut bahasa adalah kembali pulang sedangkan menurut istilah adalah keluar dengan sengaja dari Islam dengan sebab perkataan, perbuatan, itikad dan cita-cita. Berikut ini adalah beberapa contoh sebab-sebab murtad: 1.Mengingkar adanya Allah swt atau ragu pada sifat-sifat wajib bagi Allah. 2.Mengingkar ijmak ulama seperti salat lima waktu. 3.Mengaramkan yang halal dan telah ijmak ulama kepada halal seperti nikah dan jual beli. 4.Menghalalkan yang haram dan telah ijmak sperti zina, liwat. 5.Mengharamkan yang sunat dan telah ijmak seperti salat sunat rawatib, shalat hari raya. 6.Mencaci Saidina Hasan dan Husein 7.Sujud kepada makhluk walaupun tidak merasa ta’dhim. 8.Mencampakkan qur’an dalam kotoran. 9.Ragu telah berbuat kufur. 10.Setuju atau ridha dengan kekufuran. 11.Menunda seseorang untuk masuk Islam. 12.Mengingkar mu’jizat Al-Quran. 13.Mengingkar walau satu ayat dari Al-Quran. 14.Mengingkari adanya sahabat Abu Bakar. 15.Menuduh Aisyah dengan kebohongan. 16.Melumuri Ka’bah dengan kotoran. 17.Sujud kepada matahari. 18.Rukuk dengan niat ta’dhim kepada makhluk. 19.Pergi ke gereja dengan pakaian kafir. 20.Ragu kepada hari akhir, adanya surga dan neraka dan ragu adanya balasan bagi orang ta’at dan maksiat Ini adalah sebagian kecil contoh penyebab murtad yang terdapat dalam kitab Fathul Mui’n dan Hasyiah I’anatut Thalibin untuk keterangan lebih lanjut tentang masalah ini bisa dipelajari dalam kitab-kitab Tauhid Ahlusunnah Wal Jama’ah baik Asyairah atau Maturidiyah, mudah-mudahan kita dijahui oleh Allah swt dari perkataan, perbuatan dan itikad tersebut karena murtad adalah dosa yang paling besar dan sejelek-jelek keburukan. Wallahua'lam.

Minggu, 14 Agustus 2016

Sebab - sebab mustajabah Doa

Berdoa merupakan solusi dari sebuah masalah, ketenangan dalam segala gangguan dan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Dalam berdoa, seseorang mencari keadilan pada Tuhan-nya atas segala perkara yang menimpanya.
adab berdoa sayi muhammad alawy

Dengan berdoa seseorang berharap masalah yang menimpanya segera selesai, dan apa yang diinginkannya dikabulkan. Namun, hal demikan bukan perkara yang mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Semua doa akan diterima walau dengan bentuk yang berbeda, seperti diampuni dosa, bertambah rezeki dan lain sebagainya.

Salah satu yang sangat harus diperhatikan dallam berdoa adalah adab dan ketentuan berdoa. Karena adab akan sangat berpengaruh kepada diterima dan ditolaknya doa.

Berikut ini kami akan menjelaskan adab-adab dalam berdoa sebagaimana kami kutip dari Sayyid Muhammad Alawy dalam kitab beliau Duru’l Waqiyyah Ba Hazbul Mahiiyah pada halaman 11, karena dengan memperhatikan adab dan ketentuan berdoa, kita berharap doa akan lebih dekat kepada diterima.
  1. Mencari waktu yang tepat sebagai mana yang telah dijelaskan oleh nabi dalam beberapa hadis seperti hari Arafah dalam setahun, bulan Ramadhan, hari jumat dalam seminggu dan waktu sahur di penghujung malam.
  2. Mengintip dan mencuri-curi dalam keadaan yang mulia, seperti merangkak dalam saf peperangan pada jalan Allah, diketika turun hujan, diketika iqamah azan shalat lima waktu, sesudah bershalawat, di antara azan dan iqamah dan pada saat berpuasa, karena banyak ayat alquran dan hadis yang menunjuki kepada mulia waktu-waktu di atas dan dianjurkan untuk berdoa saat itu.
  3. Menghadap kiblat, mengangkat dua tangan sehingga terlihat putih dari bathin tangan, karena Itba’ (mengikuti apa yang nabi saw lakukan) dan mengusapkannya kepada wajah saat selesai. Tidak boleh mengangkat wajah dan melihat langit, karena ada larangan kepada hal tersebut.
  4. Meringankan suara saat ketakutan dan membesarkannya saat tidak ketakutan, karena ada perintah kepada demikian pada ayat dan hadis.
  5. Tidak memberatkan diri menggunakan bahasa yang puitis dalam berdoa, seperti menyusun doa seperti syair yang huruf ujungnya sama. Melakukan ini boleh tetapi jangan berlebihan. Karena ini merupakan satu anugrah dari Allah swt seperti yang telah dilakukan Rasulluah saw dan sebagian ulama ‘Arif billah.
  6. Merendahkan diri baik anggota lahir maupun bathin, penuh rasa harap.
  7. Yakin dengan yang di doakan, yakin diterima dan membenarkan harapan.
  8. Tegas dalam berdoa dan mengulangnya sampai tiga kali.
  9. Membuka dan menutup doa dengan puji kepada Allah dan shalawat kepada nabi saw.
  10. Dan terakhir adab bathin, yaitu: taubat dari segala dosa, meminta maaf atas kezaliman dan menghadap kepada Allah swt penuh kesungguhan. Demikian merupakan sebab yang paling ampuh untuk diterimanya doa. Wallahua’lam.

Doa Saat Mengusap muka setelah Shalat

Deskripsi

Mengusap wajah sesudah shalat adalah sunnah Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menjadi panutan bagi kita dalam segala hal kebaikan, patut kita amalkan segala sunnah beliau dalam kehidupan kita, seperti halnya beliau membaca doa saat mengusap wajah sehabis shalat.

Pertanyaan : 

Apa doa yang dibacakan Nabi SAW saat mengusap wajah selesai shalat ?

Jawaban :

Doa tersebut adalah

 َأشهد أن لا إله إلا هو الرحمنُ الرحيمُ أَللّهم أَذْهِبْ عَنِّىَ الْهَمَّ وَالْحَزْن

Referensi :

Ianatutthalibin Juz 1 Hal 184 Cet Haramain.

فائدة قال النووي في الأذكار.

وروينا في كتاب ابن السني عن أنس رضي الله عنه: كان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إذا قضى صلاته مسح وجهه بيده اليمنى.
ثم قال: أشهد أن لا إله إلا هو الرحمن الرحيم.
اللهم أذهب عني الهم والحزن.
اه.
وفي رواية: بسم الله الذي لا إله إلا هو الرحمن الرحيم، اللهم أذهب ... إلخ.

Rabu, 10 Agustus 2016

Makna Hasanah (حسنة) Dalam Doa



Pada postingan kemarin, kami sudah membahas makna dari 'Afiyah (العافية), kali ini kami akan kembali makna dari salah satu kata-kata yang sering kita ucapkan dalam doa, yaitu Hasanah (حسنة). Masih mengutip dari kitab Ayyuhal Walad pada halaman yang sama, Sebagaimana ‘afiyah yang punya 10 makna di dunia dan akhirat, Hasanah juga punya 10 makna di dunia dan akhirat. Dalam doa :

اللهم ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار


5 makna hasanah di dunia, yaitu :

  1. Ilmu agama.
  2. Amal shalih.
  3. Makanan yang halal.
  4. Istri yang shalihah.
  5. Tempat untuk ditinggali.
خمس فى الدنيا : علم الدين و العمل الصالح و أكل الحلال و الزوجة الصالحة و المسكنة الذي يسكن فيه


5 perkara yang ada di akhirat, yaitu :

  1. Diterima taat.
  2. Diampuni segala keburukan.
  3. Mendapat keridhaan musuh.
  4. Terlepas dari Api neraka.
  5. Masuk surga. Wallahua'lam.
خمس فى الاخرة : قبول الطاعات و غفران السيئات و ارضاء الخصوم و نجاة من النيران و دجول الجنة

Beberapa Sebab Mustajabah Doa (Sayyid Muhammad Alawy)

Berdoa merupakan solusi dari sebuah masalah, ketenangan dalam segala gangguan dan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Dalam berdoa, seseorang mencari keadilan pada Tuhan-nya atas segala perkara yang menimpanya.
adab berdoa sayi muhammad alawy

Dengan berdoa seseorang berharap masalah yang menimpanya segera selesai, dan apa yang diinginkannya dikabulkan. Namun, hal demikan bukan perkara yang mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Semua doa akan diterima walau dengan bentuk yang berbeda, seperti diampuni dosa, bertambah rezeki dan lain sebagainya.

Salah satu yang sangat harus diperhatikan dallam berdoa adalah adab dan ketentuan berdoa. Karena adab akan sangat berpengaruh kepada diterima dan ditolaknya doa.

Berikut ini kami akan menjelaskan adab-adab dalam berdoa sebagaimana kami kutip dari Sayyid Muhammad Alawy dalam kitab beliau Duru’l Waqiyyah Ba Hazbul Mahiiyah pada halaman 11, karena dengan memperhatikan adab dan ketentuan berdoa, kita berharap doa akan lebih dekat kepada diterima.
  1. Mencari waktu yang tepat sebagai mana yang telah dijelaskan oleh nabi dalam beberapa hadis seperti hari Arafah dalam setahun, bulan Ramadhan, hari jumat dalam seminggu dan waktu sahur di penghujung malam.
  2. Mengintip dan mencuri-curi dalam keadaan yang mulia, seperti merangkak dalam saf peperangan pada jalan Allah, diketika turun hujan, diketika iqamah azan shalat lima waktu, sesudah bershalawat, di antara azan dan iqamah dan pada saat berpuasa, karena banyak ayat alquran dan hadis yang menunjuki kepada mulia waktu-waktu di atas dan dianjurkan untuk berdoa saat itu.
  3. Menghadap kiblat, mengangkat dua tangan sehingga terlihat putih dari bathin tangan, karena Itba’ (mengikuti apa yang nabi saw lakukan) dan mengusapkannya kepada wajah saat selesai. Tidak boleh mengangkat wajah dan melihat langit, karena ada larangan kepada hal tersebut.
  4. Meringankan suara saat ketakutan dan membesarkannya saat tidak ketakutan, karena ada perintah kepada demikian pada ayat dan hadis.
  5. Tidak memberatkan diri menggunakan bahasa yang puitis dalam berdoa, seperti menyusun doa seperti syair yang huruf ujungnya sama. Melakukan ini boleh tetapi jangan berlebihan. Karena ini merupakan satu anugrah dari Allah swt seperti yang telah dilakukan Rasulluah saw dan sebagian ulama ‘Arif billah.
  6. Merendahkan diri baik anggota lahir maupun bathin, penuh rasa harap.
  7. Yakin dengan yang di doakan, yakin diterima dan membenarkan harapan.
  8. Tegas dalam berdoa dan mengulangnya sampai tiga kali.
  9. Membuka dan menutup doa dengan puji kepada Allah dan shalawat kepada nabi saw.
  10. Dan terakhir adab bathin, yaitu: taubat dari segala dosa, meminta maaf atas kezaliman dan menghadap kepada Allah swt penuh kesungguhan. Demikian merupakan sebab yang paling ampuh untuk diterimanya doa. Wallahua’lam

Hukum Membaca Al Quran Bagi Wanita Sedang Haid

Tulisan singkat ini muncul karena didasari oleh sebuah pertanyaan, bagaimanakah hukum membaca alqur’an bagi seorang wanita yang sedang mengalami menstruasi? Padahal dalam keadaan demikian, ada sebahagian kalangan wanita yang ingin mengulang atau menambah hafalan alqur’annya.


Hukum membaca alqur’an bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi haram hanya bila di niatkan sebagai al-quran, adapun bila tanpa niat membaca al-quran maka hukukmnya boleh. Hukum ini berlaku bagi ayat al-qur’an secara umum, baik ayat yang nadzamnya hanya terdapat dalam al-qur’an, ataupun ayat yang sudah dijadikan sebagai zikir atau do’a. Adapun membacanya dalam hati, atau dengan berkomat-kamit tanpa mengeluarkan suara, dibolehkan. Karena yang demikian itu tidak dikatakan dengan membaca. Berikut kami sertakan referensi-referensi otentik yang bisa dijadikan sebagai rujukan :
1. Ahmad salamah al-qulyubi, Hasyiah Qalyubi wa Umairah jld. 1, hal. 121, dar al-fikri.
 قَوْلُهُ:(وَالْقِرَاءَةُ) أَيْ بِقَصْدِ الْقُرْآنِ فَلَا حُرْمَةَ فِي الْإِطْلَاقِ أَوْ قَصْدِ الذِّكْرِ كَمَا فِي الْجُنُبِ
Artinya: Dan membaca alqur’an dengan meniatkannya sebagai al-qur’an. Maka tidak haram jika membacanya dengan tidak meniatkan apapun atau meniatkan bacaan tersebut sebagai zikir, sebagaimana hukum yang berlaku bagi orang berjunub.
2. Zakaria bin Muhammad bin ahmad bin zakaria al-anshari, al-ghuraar al-bahiyyah fi syarh al-bahjah al-wardiyyah, jld.1, hal. 226
(قَوْلُهُ: وَالْقِرَاءَةِ فِي غَيْرِ الصَّلَاةِ) أَيْ: بِقَصْدِ الْقُرْآنِ فَلَا حُرْمَةَ فِي الْإِطْلَاقِ أَوْ قَصْدِ الذِّكْرِ وَإِنَّمَا لَمْ يَحْرُمْ عِنْدَ الْإِطْلَاقِ لِوُجُودِ الصَّارِفِ لَا يُقَالُ يَلْزَمُ عَلَى هَذَا وُجُوبُ قَصْدِهَا الْقِرَاءَةَ فِي الصَّلَاةِ؛ لِأَنَّا نَقُولُ: إنْ كَانَتْ حَائِضًا فَصَلَاتُهَا غَيْرُ مُعْتَدٍّ بِهَا فَلَا فَائِدَةَ لِقَصْدِهَا وَإِلَّا فَقِرَاءَتُهَا مُعْتَدٌّ بِهَا بِلَا قَصْدٍ
Artinya: (perkataan pengarang: dan membaca al-qur’an di luar shalat) artinya dengan meniatkannya sebagai al-qur’an. Maka tidak haram jika tidak meniatkan apapun atau meniatkannya sebagai zikir. Adapun penyebab tidak haram membaca al-qu’an tanpa niat apapun adalah karena ketika seorang wanita menstruasi, maka diketika itu terdapat “al-shaarif” (sesuatu yang memalingkan) pada diri si wanita, yaitu haidnya. Dari perkataan pengarang ini, tidak boleh di ambil kesimpulan bahwa seorang wanita wajib meniatkan bacaan alqur’an dalam shalat (ketika membaca fatihah). Karena ketika wanita mengalami menstruasi, maka shalatnya tidak sah, maka tidak ada faedah sama sekali dengan meniatkan bacaan al-qur’an sebagai al-qur’an. Jika tidak dalam keadaan menstruasi, (yang berarti tidak terdapat “shaarif”), maka bacaannya adalah al-qur’an, walau tanpa qasad (niat) apapun.
3. Muhammad syarbaini al-khatib, al-iqna’ fi hilli alfaadz abi syuja’, jld. I, hal. 99, dar al-fikr
( و ) الثالث ( قراءة ) شيء من ( القرآن ) باللفظ أو بالإشارة من الأخرس كما قاله القاضي في فتاويه فإنها بمنزلة النطق هنا ولو بعض آية للإخلال بالتعظيم سواء أقصد مع ذلك غيرها أم لا لحديث الترمذي وغيره لا يقرأ الجنب ولا الحائض شيئا من القرآن
Artinya: Dan yang ketiga membaca ayat quran (walau satu ayat) dengan lafadh atau isyarah bagi orang bisu, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh al-qadhi husein dalam kitab fatawinya, karena isyarah orang bisu sama dengan bacaan bagi orang yang bisa berbicara, walau hanya sebahagian ayat, karena menghilangkan penghormatan terhadap al-qur’an. Hukum membaca alqur’an (dengan niat alqur’an) saat menstruasi adalah haram, baik terdapat qasad / niat selain alqur’an atau tidak. Karena terdapat hadis turmuzi dan lainnya “wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca satu ayat pun dari alqur’an.
ولمن به حدث أكبر إجراء القرآن على قلبه ونظر في المصحف وقراءة ما نسخت تلاوته وتحريك لسانه وهمسه بحيث لا يسمع نفسه لأنها ليست بقراءة قرآن
Artinya: Dan bagi orang yang sedang dalam keadaan berhadats besar boleh membaca alqur’an dalam hati, melihat mushaf, membaca alqur’an dengan berkomat kamit tanpa mengeluarkan suara sekira-kira tidak terdengar oleh dirinya sendiri, karena perbuatan tersebut tidak dikatakan membaca Al-Qur’an.
وأما فاقد الماء في الحضر فيجوز له إذا تيمم أن يقرأ ولو في غير الصلاة وهذا في حق الشخص المسلم أما الكافر فلا يمنع من القراءة لأنه لا يعتقد حرمة ذلك كما قاله الماوردي
Artinya: Adapun bagi mukim (bukan musafir) yang tidak memiliki air untuk bersuci, maka boleh membaca alqur’an dengan bersuci menggunakan tanah (tayammum), walupun diluar shalat. Hukum ini berlaku bagi orang islam. Adapun bagi orang kafir tidak ada larangan apapun dalam hal membaca alqur’an, karena mereka tidak meyakini haramnya membaca alqur’an tanpa bersuci, sbagaimana yang telah dinyataan oleh al-mawardi
تنبيه يحل لمن به حدث أكبر أذكار القرآن وغيرها كمواعظه وأخباره وأحكامه لا بقصد قرآن كقوله عند الركوب { سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين } أي مطيقين وعند المصيبة { إنا لله وإنا إليه راجعون } وما جرى به لسانه بلا قصد فإن قصد القرآن وحده أو مع الذكر حرم وإن أطلق فلا كما نبه عليه النووي في دقائقه لعدم الإخلال بحرمته لأنه لا يكون قرآنا إلا بالقصد قاله النووي وغيره
Artinya: Peringatan: bagi orang yang sedang berhadats besar, dihalalkan baginya zikir-zikir alqur’an dan sebagainya, seperti mau’idhah / pembelajaran, kisah-kisahnya, dan hukum-hukumnya, dengan syarat tidak meniatkannya sebagai alqur’an. Seperti membaca سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين Ketika menaiki kendaraan. Dan membaca إنا لله وإنا إليه راجعون
ketika mendapatkan musibah. Dan seperti membaca alqur’an tanpa qasad.
Maka, jika membaca alqur’an dengan meniatkannya sebagai alqur’an saja, atau meniatkan sebagai alqur’an beserta niat zikir, hukumnya haram. Dan jika tidak meniatkan apapun, maka tidak haram, sebagaimana peringatan yang telah disampaikan oleh imam nawawi dalam kitab daqaiq nya, karena tidak menghilangkan kehormatan alqur’an. Alasannya adalah karena dalam keadaan berhadats besar, tidak dikatakan sebagai al-qur’an kecuali dengan qasad. Ini merupakan pendapat imam nawawi dan lain-lain.
وظاهره أن ذلك جار فيما يوجد نظمه في غير القرآن كالآيتين المتقدمتين والبسملة والحمدلة وفيما لا يوجد نظمه إلا فيه كسورة الإخلاص وآية الكرسي وهو كذلك وإن قال الزركشي لا شك في تحريم ما لا يوجد نظمه في غير القرآن وتبعه على ذلك بعض المتأخرين كما شمل ذلك قول الروضة أما إذا قرأ شيئا منه لا على قصد القرآن فيجوز
Pada zahirnya, hukum tersebut diatas berlaku secara umum, baik bagi ayat yang sudah dijadikan sebagai zikir , seperti dua contoh ayat diatas, basmalah dan hamdalah. Maupun ayat yang nazamnya hanya terdapat dalam alqur’an, seperti surat al-ikhlas dan ayat al-kursi, dan memang seperti demikian. Sekalipun imam zarkasyi mengatakan bahwa tidak ada keraguan dalam pengharaman ayat yang hanya terdapat dalam alqur’an. Pendapat zarkasyi tersebut di ikuti oleh sebahagan ulama mutaakkhirin, sebagaimana peryataan yang terdapat dalam kitab al-raudhah. Adapun apabila membaca alqur’an tanpa qasad al-qur’an, maka dibolehkan..

Hukum Membaca Al Quran Bagi Wanita Sedang Haid

Tulisan singkat ini muncul karena didasari oleh sebuah pertanyaan, bagaimanakah hukum membaca alqur’an bagi seorang wanita yang sedang mengalami menstruasi? Padahal dalam keadaan demikian, ada sebahagian kalangan wanita yang ingin mengulang atau menambah hafalan alqur’annya.


Hukum membaca alqur’an bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi haram hanya bila di niatkan sebagai al-quran, adapun bila tanpa niat membaca al-quran maka hukukmnya boleh. Hukum ini berlaku bagi ayat al-qur’an secara umum, baik ayat yang nadzamnya hanya terdapat dalam al-qur’an, ataupun ayat yang sudah dijadikan sebagai zikir atau do’a. Adapun membacanya dalam hati, atau dengan berkomat-kamit tanpa mengeluarkan suara, dibolehkan. Karena yang demikian itu tidak dikatakan dengan membaca. Berikut kami sertakan referensi-referensi otentik yang bisa dijadikan sebagai rujukan :
1. Ahmad salamah al-qulyubi, Hasyiah Qalyubi wa Umairah jld. 1, hal. 121, dar al-fikri.
 قَوْلُهُ:(وَالْقِرَاءَةُ) أَيْ بِقَصْدِ الْقُرْآنِ فَلَا حُرْمَةَ فِي الْإِطْلَاقِ أَوْ قَصْدِ الذِّكْرِ كَمَا فِي الْجُنُبِ
Artinya: Dan membaca alqur’an dengan meniatkannya sebagai al-qur’an. Maka tidak haram jika membacanya dengan tidak meniatkan apapun atau meniatkan bacaan tersebut sebagai zikir, sebagaimana hukum yang berlaku bagi orang berjunub.
2. Zakaria bin Muhammad bin ahmad bin zakaria al-anshari, al-ghuraar al-bahiyyah fi syarh al-bahjah al-wardiyyah, jld.1, hal. 226
(قَوْلُهُ: وَالْقِرَاءَةِ فِي غَيْرِ الصَّلَاةِ) أَيْ: بِقَصْدِ الْقُرْآنِ فَلَا حُرْمَةَ فِي الْإِطْلَاقِ أَوْ قَصْدِ الذِّكْرِ وَإِنَّمَا لَمْ يَحْرُمْ عِنْدَ الْإِطْلَاقِ لِوُجُودِ الصَّارِفِ لَا يُقَالُ يَلْزَمُ عَلَى هَذَا وُجُوبُ قَصْدِهَا الْقِرَاءَةَ فِي الصَّلَاةِ؛ لِأَنَّا نَقُولُ: إنْ كَانَتْ حَائِضًا فَصَلَاتُهَا غَيْرُ مُعْتَدٍّ بِهَا فَلَا فَائِدَةَ لِقَصْدِهَا وَإِلَّا فَقِرَاءَتُهَا مُعْتَدٌّ بِهَا بِلَا قَصْدٍ
Artinya: (perkataan pengarang: dan membaca al-qur’an di luar shalat) artinya dengan meniatkannya sebagai al-qur’an. Maka tidak haram jika tidak meniatkan apapun atau meniatkannya sebagai zikir. Adapun penyebab tidak haram membaca al-qu’an tanpa niat apapun adalah karena ketika seorang wanita menstruasi, maka diketika itu terdapat “al-shaarif” (sesuatu yang memalingkan) pada diri si wanita, yaitu haidnya. Dari perkataan pengarang ini, tidak boleh di ambil kesimpulan bahwa seorang wanita wajib meniatkan bacaan alqur’an dalam shalat (ketika membaca fatihah). Karena ketika wanita mengalami menstruasi, maka shalatnya tidak sah, maka tidak ada faedah sama sekali dengan meniatkan bacaan al-qur’an sebagai al-qur’an. Jika tidak dalam keadaan menstruasi, (yang berarti tidak terdapat “shaarif”), maka bacaannya adalah al-qur’an, walau tanpa qasad (niat) apapun.
3. Muhammad syarbaini al-khatib, al-iqna’ fi hilli alfaadz abi syuja’, jld. I, hal. 99, dar al-fikr
( و ) الثالث ( قراءة ) شيء من ( القرآن ) باللفظ أو بالإشارة من الأخرس كما قاله القاضي في فتاويه فإنها بمنزلة النطق هنا ولو بعض آية للإخلال بالتعظيم سواء أقصد مع ذلك غيرها أم لا لحديث الترمذي وغيره لا يقرأ الجنب ولا الحائض شيئا من القرآن
Artinya: Dan yang ketiga membaca ayat quran (walau satu ayat) dengan lafadh atau isyarah bagi orang bisu, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh al-qadhi husein dalam kitab fatawinya, karena isyarah orang bisu sama dengan bacaan bagi orang yang bisa berbicara, walau hanya sebahagian ayat, karena menghilangkan penghormatan terhadap al-qur’an. Hukum membaca alqur’an (dengan niat alqur’an) saat menstruasi adalah haram, baik terdapat qasad / niat selain alqur’an atau tidak. Karena terdapat hadis turmuzi dan lainnya “wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca satu ayat pun dari alqur’an.
ولمن به حدث أكبر إجراء القرآن على قلبه ونظر في المصحف وقراءة ما نسخت تلاوته وتحريك لسانه وهمسه بحيث لا يسمع نفسه لأنها ليست بقراءة قرآن
Artinya: Dan bagi orang yang sedang dalam keadaan berhadats besar boleh membaca alqur’an dalam hati, melihat mushaf, membaca alqur’an dengan berkomat kamit tanpa mengeluarkan suara sekira-kira tidak terdengar oleh dirinya sendiri, karena perbuatan tersebut tidak dikatakan membaca Al-Qur’an.
وأما فاقد الماء في الحضر فيجوز له إذا تيمم أن يقرأ ولو في غير الصلاة وهذا في حق الشخص المسلم أما الكافر فلا يمنع من القراءة لأنه لا يعتقد حرمة ذلك كما قاله الماوردي
Artinya: Adapun bagi mukim (bukan musafir) yang tidak memiliki air untuk bersuci, maka boleh membaca alqur’an dengan bersuci menggunakan tanah (tayammum), walupun diluar shalat. Hukum ini berlaku bagi orang islam. Adapun bagi orang kafir tidak ada larangan apapun dalam hal membaca alqur’an, karena mereka tidak meyakini haramnya membaca alqur’an tanpa bersuci, sbagaimana yang telah dinyataan oleh al-mawardi
تنبيه يحل لمن به حدث أكبر أذكار القرآن وغيرها كمواعظه وأخباره وأحكامه لا بقصد قرآن كقوله عند الركوب { سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين } أي مطيقين وعند المصيبة { إنا لله وإنا إليه راجعون } وما جرى به لسانه بلا قصد فإن قصد القرآن وحده أو مع الذكر حرم وإن أطلق فلا كما نبه عليه النووي في دقائقه لعدم الإخلال بحرمته لأنه لا يكون قرآنا إلا بالقصد قاله النووي وغيره
Artinya: Peringatan: bagi orang yang sedang berhadats besar, dihalalkan baginya zikir-zikir alqur’an dan sebagainya, seperti mau’idhah / pembelajaran, kisah-kisahnya, dan hukum-hukumnya, dengan syarat tidak meniatkannya sebagai alqur’an. Seperti membaca سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين Ketika menaiki kendaraan. Dan membaca إنا لله وإنا إليه راجعون
ketika mendapatkan musibah. Dan seperti membaca alqur’an tanpa qasad.
Maka, jika membaca alqur’an dengan meniatkannya sebagai alqur’an saja, atau meniatkan sebagai alqur’an beserta niat zikir, hukumnya haram. Dan jika tidak meniatkan apapun, maka tidak haram, sebagaimana peringatan yang telah disampaikan oleh imam nawawi dalam kitab daqaiq nya, karena tidak menghilangkan kehormatan alqur’an. Alasannya adalah karena dalam keadaan berhadats besar, tidak dikatakan sebagai al-qur’an kecuali dengan qasad. Ini merupakan pendapat imam nawawi dan lain-lain.
وظاهره أن ذلك جار فيما يوجد نظمه في غير القرآن كالآيتين المتقدمتين والبسملة والحمدلة وفيما لا يوجد نظمه إلا فيه كسورة الإخلاص وآية الكرسي وهو كذلك وإن قال الزركشي لا شك في تحريم ما لا يوجد نظمه في غير القرآن وتبعه على ذلك بعض المتأخرين كما شمل ذلك قول الروضة أما إذا قرأ شيئا منه لا على قصد القرآن فيجوز
Pada zahirnya, hukum tersebut diatas berlaku secara umum, baik bagi ayat yang sudah dijadikan sebagai zikir , seperti dua contoh ayat diatas, basmalah dan hamdalah. Maupun ayat yang nazamnya hanya terdapat dalam alqur’an, seperti surat al-ikhlas dan ayat al-kursi, dan memang seperti demikian. Sekalipun imam zarkasyi mengatakan bahwa tidak ada keraguan dalam pengharaman ayat yang hanya terdapat dalam alqur’an. Pendapat zarkasyi tersebut di ikuti oleh sebahagan ulama mutaakkhirin, sebagaimana peryataan yang terdapat dalam kitab al-raudhah. Adapun apabila membaca alqur’an tanpa qasad al-qur’an, maka dibolehkan..